Saya lupa kapan terakhir kali menggunakan jasa transportasi kereta api. Yang saya ingat adalah momen perjalanan saat itu dari Tegal menuju Jakarta bersama istri dan putriku, Bening. Hari dan tanggalnya samasekali lupa.

Kabar bahwa pelayanan alat transportasi yang punya jalur khusus ini sudah bagus santer terdengar lama. Konon setelah digawangi oleh Ignatius Jonan, sosok yang sekarang sebagai menteri ESDM setelah sebelumnya menjabat menteri perhubungan dan dianggap gagal oleh publik mengatasi kemacetan tahunan saat libur panjang.

Sekarang saya dalam perjalanan Slawi menuju Semarang dan menggunakan jasa kereta api. Jejak pak Jonan di PT.KAI masih harum. Prestasinya membius masyarakat agar tertib dalam memanfaatkan jasa kereta api terasa hingga kini. Jelas, pelayanan yang ramah, nyaman dan kepastian diutamakan oleh beliau. Ini pelajaran berharga, yang menghambat kemajuan bangsa ini adalah birokrasi yang tidak melayani. Dan, ini diakui oleh Jokowi yang harus tertatih-tatih membenahi mental para birokrat yang kurang peka.

Gagalnya Jonan di kementerian perhubungan tak lantas meruntuhkan kepercayaan Jokowi. Penganut Katolik itu telah tegas meminta maaf kepada publik atas kekurangannya di Kemenhub. Ia kemudian diganjar sebagai menteri ESDM. Sosok pejabat yang tidak banyak omong ini kembali mengukir prestasi. Keberhasilannya melakukan negosiasi dengan Freeport Indonesia hanya selintas beredar di media. Yang tidak mendukung Jokowi pastinya enggan memuji dan mengagungkan itu.hehehehe....

Menurut saya, sosok Jonan yang sederhana itu layak dan patut dipertimbangkan untuk mendampingi Jokowi di pilpres nanti. Dari situ, kita akan lihat nanti, partai mana yang dengan sungguh-sungguh mendukung Jokowi di periode dua. Sebabnya jelas, kalau Jonan yang mendampingi sebagai wapres Jokowi, para Ketum partai yang "nafsu" berkuasa akan kebakaran ketek, eh..... jenggot maksudnya.

Ngomong-ngomong bentar lagi saya nyampe di stasiun Poncol Semarang. Tidak semua pelayan bagus sebenarnya, ketika ada petugas yang menjajakan minuman dan makanan ringan, saya memesan kopi hitam. Sayang sekali, pilihan kopinya tidak menarik. Hanya ada kopi sachet warungan. Bukannya gak suka, saya suka koq. Hanya saja, tidak banyak pilihan. Nikmatnya kalo kopi sidikalang kesukaan saya juga ada.

Ya... kenapa tidak, menghidupkan potensi ekonomi dari kopi di gerbong kereta api bisa jadi pilihan yang menarik.  Juga, Membantu petani kopi Nusantara. Sruppuut.
........