"ngeri" prsiden kelihatannya mulai alergi dengan aksi damai
Presiden sudah mulai su'udzon dengan aksi damai yang akan dilaksanakan oleh aktivis-aktivis antikorupsi untuk memperingati hari antikorupsi sedunia. Kekhawatiran dan ketakutan presiden terhadap aksi ini adalah berlebihan. Dan parahnya lagi, nampaknya presiden sudah mulai alergi dengan aksi-aksi damai. Ini "ngeri"! bagaimana tidak! TNI seperti disampaikan oleh KASAD langsung merespon kekhawatiran presiden dengan aksi damai yang akan dilaksanakan Rabu, 9 Desember 2009. Bahwa TNI akan siap membantu Polri untuk mengamankan aksi itu apabila diminta (kompas.com). Terkesan akan ada gelombang massa yang anarkis.
Sejatinya, aksi ini adalah aksi dengan ketulusan hati untuk mengetuk kembali dan bahkan mendukung pemerintah dalam usahanya memberantas korupsi dan memberantas mafia peradilan. Presiden harusnya sadar, bahwa publik sudah muak dengan oknum penegak hukum yang lebih jahat dari iblis. Maka kenapa tidak? semestinya presiden malah mendukung aksi ini. Tidak usah alergi, tidak usah khawatir, atau bahkan takut aksi ini akan anarkis. Bahkan tidak mungkin aksi ini mengusung untuk menggulingkan pemerintahan. Tetapi sebaliknya, kalau presiden justru selalu berkeluh kesah, khawatir, takut? kenapa tidak mundur saja dari pemerintahan, rakyat tidak butuh pemimpin yang seperti ini. Aspirasi rakyat harus didengar, amanat rakyat harus dijalankan. Kalau mau berkeluh kesah ya jadi rakyat saja, jangan jadi presiden.
Ironis memang, dalam program 100 harinya presiden akan memberantas mafia hukum. Ini adalah indikasi bahwa presiden meng-iya-kan bahwa dalam jajaran birokrasi yang dipimpinnya memang ada yang tidak beres. Ada oknum-oknum birokrasi yang tidak jujur. Tetapi kenapa? Presiden malah berlebihan dalam menyikapi aksi damai yang akan digelar sekaligus untuk memperingati hari antikorupsi sedunia. Mestinya, presiden hadir juga dalam aksi itu dan diskusi dengan para aktivis untuk membahas langkah-langkah dan terobosan-terobosan apa yang semestinya dilakukan oleh pemerintah untuk memberangus koruptor dan oknum penegak hukum yang tidak jujur.
Sudahlah pak presiden...! jangan lagi mencari simpati dengan berkeluh kesah, nggak usah lagi mencari belas kasih untuk mendapatkan dukungan, kita dukung bapak presiden sepenuhnya. Asal bapak presiden jujur, tidak lambat, dan cerdas untuk mencri terobosan-terobosan baru. Tidak usah malu-malu belajar dengan tokoh-tokoh negarawan yang lain. Jangan lupa, kita punya stok banyak manusia yang cerdas lagi jujur dari bebagai kalangan, dari berbagai LSM dan sebagainya.
Jika presiden terus-terusan khawatir dengan aksi-aksi damai, jika presiden selalu alergi dengan aksi-aksi damai, maka logika yang muncul adalah logika terbalik. Logika terbalik itu adalah bukan tidak mungkin para aktivis antikorupsi akan takut ada "orangnya" SBY yang merespon kekhawatiran yang berlebihan oleh presiden dengan membuat provokasi dalam aksi ini untuk menimbulkan anarkisme. "Semoga tidak demikian".
Sejatinya, aksi ini adalah aksi dengan ketulusan hati untuk mengetuk kembali dan bahkan mendukung pemerintah dalam usahanya memberantas korupsi dan memberantas mafia peradilan. Presiden harusnya sadar, bahwa publik sudah muak dengan oknum penegak hukum yang lebih jahat dari iblis. Maka kenapa tidak? semestinya presiden malah mendukung aksi ini. Tidak usah alergi, tidak usah khawatir, atau bahkan takut aksi ini akan anarkis. Bahkan tidak mungkin aksi ini mengusung untuk menggulingkan pemerintahan. Tetapi sebaliknya, kalau presiden justru selalu berkeluh kesah, khawatir, takut? kenapa tidak mundur saja dari pemerintahan, rakyat tidak butuh pemimpin yang seperti ini. Aspirasi rakyat harus didengar, amanat rakyat harus dijalankan. Kalau mau berkeluh kesah ya jadi rakyat saja, jangan jadi presiden.
Ironis memang, dalam program 100 harinya presiden akan memberantas mafia hukum. Ini adalah indikasi bahwa presiden meng-iya-kan bahwa dalam jajaran birokrasi yang dipimpinnya memang ada yang tidak beres. Ada oknum-oknum birokrasi yang tidak jujur. Tetapi kenapa? Presiden malah berlebihan dalam menyikapi aksi damai yang akan digelar sekaligus untuk memperingati hari antikorupsi sedunia. Mestinya, presiden hadir juga dalam aksi itu dan diskusi dengan para aktivis untuk membahas langkah-langkah dan terobosan-terobosan apa yang semestinya dilakukan oleh pemerintah untuk memberangus koruptor dan oknum penegak hukum yang tidak jujur.
Sudahlah pak presiden...! jangan lagi mencari simpati dengan berkeluh kesah, nggak usah lagi mencari belas kasih untuk mendapatkan dukungan, kita dukung bapak presiden sepenuhnya. Asal bapak presiden jujur, tidak lambat, dan cerdas untuk mencri terobosan-terobosan baru. Tidak usah malu-malu belajar dengan tokoh-tokoh negarawan yang lain. Jangan lupa, kita punya stok banyak manusia yang cerdas lagi jujur dari bebagai kalangan, dari berbagai LSM dan sebagainya.
Jika presiden terus-terusan khawatir dengan aksi-aksi damai, jika presiden selalu alergi dengan aksi-aksi damai, maka logika yang muncul adalah logika terbalik. Logika terbalik itu adalah bukan tidak mungkin para aktivis antikorupsi akan takut ada "orangnya" SBY yang merespon kekhawatiran yang berlebihan oleh presiden dengan membuat provokasi dalam aksi ini untuk menimbulkan anarkisme. "Semoga tidak demikian".
0 Comments