Saya tidak mengerti kenapa ada orang-orang yang dengan sangat percaya diri menyatakan bahwa ada kaitan langsung peristiwa gempa bumi dengan aktivitas komunitas LGBT. Pernyataan-pernyataan itu bahkan, punya kecenderungan, sebagai bentuk tuduhan kepada mereka (LGBT), kaum yang dianggap mewarisi tradisi menyimpang umat nabi Luth.

Mereka dituduh, menjadi alasan kenapa Tuhan layak murka. Dan, yang bukan LGBT dianggap hanya kebagian dampak dari perilaku abnormal itu.

Tuduhan itu bukan saja ramai di jagad virtual, melainkan nyaring terdengar di mimbar-mimbar khotbah sebagai isi dakwah para penceramah.

Mari bertanya pada diri, meyakini bahwa sejumlah musibah terjadi karena perilaku LGBT, bukankah itu bentuk kecongkakkan yang perlu direnungkan? Menuduh mereka sebagai sebab Tuhan marah, bukankah justru menuhankan diri, merasulkan diri, atau menabikan diri? Di sana ada perasaan paling benar. Ada juga sikap 'sok tahu' apa maunya Tuhan.

Kalaulah dari kacamata agama, musibah dipandang sebagai akibat perbuatan salah manusia, bukankah kesombonganlah yang lebih dekat dengan kekafiran, kemungkaran yang levelnya sangat tinggi? Jangan-jangan Allah menimpakan musibah itu justru gara-gara kita yang 'sok tahu' itu. Bukan karena kaum LGBT. Wallahu a'lam bishawab...