Ulah guru yang gak mau belajar
Ulah guru yang gak mau belajar
Dia ini Nabila, gadis belia kelas 3 SD ini rutin ke taman baca. Sayang, Nabila ke sini tidak untuk membaca buku. Dia kemari untuk mengerjakan PR. Malam ini, dengan muka lelah ia terpaksa menuruti orangtuanya yang juga tak berdaya menanggung beban PR putrinya tapi ia sendiri tak bisa membantu.
Saya sendiri merasa kasihan sama Nabila, muka memelasnya nampak bukan untuk memohon agar dia paham materinya tapi yang penting PRnya selesai. Dengan suara parau ia bilang, " aku takut dihukum bapa Bening".
Saya memintanya pulang dan beristirahat. Namun ia tetap bertahan, ketakutannya memperoleh hukuman guru mengalahkan rasa kantuknya. "Sudahlah, nak...besok Nabila ke sini lagi ya, tidak apa-apa PRnya gak selesai, besok kita lanjutkan lagi", nasehat saya ke Nabila. Ia tegas menolak, "gak apa-apa sampai malam bapak Bening, aku gak mau dihukum".
Tidak tega rasanya melihat Nabila seperti ini. Korban malpraktik gurunya di sekolah. Waktunya istirahat dan bersandar di bahu bapak atau ibunya direnggut paksa oleh ancaman hukuman seorang guru.
Sekolah sebagai tempat bertumbuh anak-anak dari segi fisik, intelektual, dan moral menjadi tidak ramah. Kondisi seperti ini sebenarnya sedang membentuk siswa kehilangan jati diri. Nalar anak kacau, moralnya terpuruk.
Kalau sudah seperti ini, saya sangat yakin, harus ada perubahan yang radikal dalam dunia pendidikan. Apabila gurunya Nabila terus mengajar dan tidak ada perbaikan, ada sekitar 35 anak di kelasnya yang terpapar kebodohan setiap tahunnya. Bayangkan, perlakuannya tertanam kuat dalam otak bawah sadar siswa yang akan memunculkan mental negatif beberapa tahun mendatang. Jika guru seperti ini bertahan 20 tahun, maka ada banyak generasi limbung yang ia cetak.
Dia ini Nabila, gadis belia kelas 3 SD ini rutin ke taman baca. Sayang, Nabila ke sini tidak untuk membaca buku. Dia kemari untuk mengerjakan PR. Malam ini, dengan muka lelah ia terpaksa menuruti orangtuanya yang juga tak berdaya menanggung beban PR putrinya tapi ia sendiri tak bisa membantu.
Saya sendiri merasa kasihan sama Nabila, muka memelasnya nampak bukan untuk memohon agar dia paham materinya tapi yang penting PRnya selesai. Dengan suara parau ia bilang, " aku takut dihukum bapa Bening".
Saya memintanya pulang dan beristirahat. Namun ia tetap bertahan, ketakutannya memperoleh hukuman guru mengalahkan rasa kantuknya. "Sudahlah, nak...besok Nabila ke sini lagi ya, tidak apa-apa PRnya gak selesai, besok kita lanjutkan lagi", nasehat saya ke Nabila. Ia tegas menolak, "gak apa-apa sampai malam bapak Bening, aku gak mau dihukum".
Tidak tega rasanya melihat Nabila seperti ini. Korban malpraktik gurunya di sekolah. Waktunya istirahat dan bersandar di bahu bapak atau ibunya direnggut paksa oleh ancaman hukuman seorang guru.
Sekolah sebagai tempat bertumbuh anak-anak dari segi fisik, intelektual, dan moral menjadi tidak ramah. Kondisi seperti ini sebenarnya sedang membentuk siswa kehilangan jati diri. Nalar anak kacau, moralnya terpuruk.
Kalau sudah seperti ini, saya sangat yakin, harus ada perubahan yang radikal dalam dunia pendidikan. Apabila gurunya Nabila terus mengajar dan tidak ada perbaikan, ada sekitar 35 anak di kelasnya yang terpapar kebodohan setiap tahunnya. Bayangkan, perlakuannya tertanam kuat dalam otak bawah sadar siswa yang akan memunculkan mental negatif beberapa tahun mendatang. Jika guru seperti ini bertahan 20 tahun, maka ada banyak generasi limbung yang ia cetak.
0 Comments