Oleh : M. Dhofier Lee
Pak Guru

Ngajarin matematika pada anak SD kelas IV yang terlanjur terperangkap kata "rumus" bukan hanya membingungkan melainkan terasa berat seberat rindu Milea kepada Dilan. Betapa tidak, ia ngotot untuk menggunakan cara baku hasil didikte oleh gurunya. Jika tidak menunjukkan rumusnya, maka pekerjaannya dianggap sia-sia, begitu ia berdalih.

PR sang bocah itu adalah mengenai keliling dan luas persegi dan persegi panjang. Ketika saya menanyakan persegi itu apa,  lalu apa bedanya persegi dan persegi panjang sama sekali ia tidak tahu.

Kemudian saya memintanya menggambarkan persegi, tangannya tak berkutik. Saya pikir ia tidak tahu karena memang tidak bisa menjabarkannya dalam kalimat. Dan, bagi saya definisi dalam bentuk kata-kata memang tidak terlalu penting. Siapa tahu, sebenarnya siswa ini paham dengan cara menggambarkannya. Rupanya, tidak juga. Ia cuma bengong.

Jawaban atas pertanyaan saya berikutnya justru mengejutkan. Sewaktu saya bertanya, "kalau begitu, apa rumus keliling persegi?".  Jawabnya lantang,  "4s". "Kalau persegi panjang? ", lanjut saya. " Dua kali p tambah l", jelasnya tangkas.

Tak lupa saya tanyakan dari mana rumus "4s" untuk keliling persegi dan "2×(p+l)" untuk keliling persegi panjang. Dengan polos ia jawab dari guru.

Saya ajak anak ini mengamati keramik. Fokus pada sebuah keramik, saya menjelaskan padanya bahwa persegi itu seperti keramik ini. Area atau daerah yang dibatasi oleh empat garis/sisi yang panjangnya sama dan saling bertemu. Garis-garis yang mengelilingi area itulah yang disebut keliling persegi.

"Maka keliling persegi itu, kamu berjalan dari sebuah titik mengelilingi area persegi melalui empat garis /sisi tadi kembali ke titik awal di mana kamu mulai berjalan barusan". Saya menerangkan. Dengan cekatan ia bilang, "berarti tinggal ditambahkan dong semua sisinya?". "Iya, kamu boleh menambahkannya, Keliling persegi= s+s+s+s.  Karena sisinya (s) ada empat, kamu boleh menuliskannya 4s",  jawab saya.

Tetap saja ia tidak ingin menggunakan konsep penjumlahan untuk menyelesaikan PR nya tentang keliling persegi. Menurutnya itu tidak diajarkan gurunya di sekolah. Dirinya takut kalau cara itu tidak berkenan di mata gurunya. Bukan cuma dogma rumus yang meracuni. Bahkan, keberanian menampilkan sudut pandang yang beda pun telah direnggut.

Jangan marah ya, kalo dibilang bahwa kita,  sebagai guru masih sangat rendah kualitasnya.