Era industri 4.0 menjanjikan pelbagai kemudahan dan kesenangan. Pemenuhan kebutuhan bisa dilakukan dengan efisien. Jarak bukan kendala dan waktu bukan halangan untuk memperoleh sesuatu yang kita butuhkan.

Teknologi informasi memberikan ruang manusia untuk berkreasi membuat perangkat aplikasi digital yang menghadirkan layanan kemudahan dalam beragam jenis kebutuhan. Di sisi yang lain, kebiasaan konsumtif melahirkan kemalasan yang tidak main-main.

Seorang kawan yang berkecimpung dalam bisnis komunikasi digital mengatakan, hampir tidak ada yang tidak mungkin diwujudkan di era virtual. Produsen barang atau jasa bahkan, bisa menyasar siapa saja yang dikehendaki untuk menggunakan produknya.

Tanpa kita sadari,  baju yang kita kenakan, makanan yang kita konsumsi, bukanlah yang kita butuhkan, melainkan sesuatu yang kita inginkan. Dan keinginan itu timbul oleh pengaruh testimoni iklan yang muncul berkali-kali di gadget kita.

Kondisi seperti ini juga merasuki dunia pendidikan. Murid-murid kita kerapkali enggan mengikuti proses belajar yang memerlukan waktu yang tidak singkat. Pengaruh kecepatan dan kemudahan yang disediakan oleh gadget yang digenggamnya malah lebih parah. Peserta didik acapkali mengabaikan gurunya.

Maka, selama sekolah tidak melakukan perubahan yang radikal, guru - guru tetap pada paradigma lama dalam proses pembelajaran, institusi pendidikan hanya akan melahirkan generasi yang dikendalikan perubahan, bukan menjadi pelaku perubahan itu sendiri.

Alhasil, sekolah bertanggung jawab melahirkan generasi yang  siap menghadapi  segala bentuk kecanggihan, bukan sebaliknya, sekolah justru berkontribusi menjadikan generasi yang bertekuk tunduk pada sihir teknologi informasi.