Yang menghaluskan budi itu seni, yang menyehatkan itu olahraga. Jadi, jam pelajaran yang harus ditambah itu semestinya pelajaran kesenian dan olahraga bukan pelajaran agama.
Jadi, kalo pelajaran agama dikurangi, atau bahkan dihilangkan, saya setuju....

Jika pengertian agama yg dimaksud adalah serangkaian tatacara beribadah, maka serahkan saja pendidikan agama itu pada masyarakat. Yaitu melalui pesantren, madrasah Diniyah seperti di kampung2, Taman Pendidikan Al Qur'an (TPA) di masjid2 dan langgar.

Organisasi kemasyarakatan berbasis agama semacam NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, FPI, Al Washliyah, Perti dan lain-lain lebih ahli dalam hal itu. Bahkan, nilai-nilai yang terkandung dalam setiap laku ibadah baik wajib maupun sunah lebih jitu dikelola oleh mereka daripada diserahkan ke sekolah yang dibatasi oleh tuntutan kurikulum yang pada praktiknya hanya mengejar nilai kognitif semata.

Pun demikian pendidikan agama non Islam, lebih baik diserahkan kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga yg mereka kelola dan tempat-tempat ibadah masing2.

Tugas sekolah adalah meneguhkan nilai-nilai Ketuhanan dan kemanusiaan melalui science, matematika dan sastra. Bukankah keajaiban alam semesta yang membuktikan keagungan Tuhan itu diungkap oleh science, bukan oleh guru agama.

Bukankah dalam penciptaan manusia melewati urutan reproduksi itu bisa dijelaskan lebih detail oleh guru biologi, bukan guru pendidikan agama. Pada pembelajaran itu, sang guru bisa pula membagi nilai-nilai betapa pentingnya organ reproduksi, betapa pentingnya ikatan keluarga dan betapa hebatnya seorang ibu dan bapak. Pembelajaran bakti kepada orangtua cukuplah disampaikan oleh guru biologi daripada guru agama. Alih2 memberikan alasan yg benar, guru agama kerapkali memberikan doktrin ayat tentang berbuat baik kepada orangtua.

Kesenian mengajarkan betapa perbedaan adalah sebuah fitrah, keniscayaan. Seni mampu melintasi dimensi perbedaan yg dipagari oleh suku, ras, bahasa, negara, pilihan politik, bahkan agama. Pelajaran agama acapkali gagal mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dalam keragaman.

Soal nilai keadilan, matematika bisa mengajarkannya. Di pembelajaran persamaan, sebuah pernyataan agar bernilai benar harus mencari nilai yang belum diketahui (variabel) menggunakan prinsip keseimbangan ruas kiri dan ruas kanan. Value keadilan bisa diajarkan melalui matematika.

Tapi......
Siapapun presidennya, dijamin gak bakalan berani mengeluarkan kebijakan meniadakan mata pelajaran pendidikan agama. Soalnya, saya sendiri yang setuju penghapusan pelajaran pendidikan agama seringkali masih dimabuk agama.


Oleh : Muhammad Dhofier