Sumber gambar :   https://www.rizsafa.com/2019/04/latihan-soal-uas-seni-budaya-kelas-8.html?m=1


Oleh : M. Dhofier Lee
Pak Guru

Saya sebenarnya sudah mengurangi (kalau bisa ingin menghilangkan samasekali) evaluasi belajar yang berbentuk soal/tes. Sebab, evaluasi sesungguhnya harus lebih banyak merujuk ke penyelenggara pendidikan (sekolah) dan guru. Sayang, umumnya guru dan sekolah justru menguji kemampuan siswa, harusnya sebaliknya.

Pembelajaran matematika yang saya ampu, formatif/ulangan harian/penilaian harian dalam bentuk soal/tes sudah lama saya tidak berlakukan. Saya menggantinya dengan tiga hal, hasil karya/keterampilan siswa, menulis essay bebas, atau membuat pertanyaan. Penilaian harian adalah evaluasi belajar di mana guru mata pelajaran lah yang bertanggung jawab. Maka saya berinisiatif untuk menghapus evaluasi berbentuk tes saat Penilaian Harian.

Sementara untuk Penilaian Tengah Semester dan Penilaian Akhir Semester diadakan oleh sekolah, saya kena kewajiban membuat soal.

Biasanya, soal Penilaian Akhir Semester berbentuk pilihan ganda dan sebagian kecil soal essai. Bagi saya, pilihan ganda adalah bentuk tes yang dimaksudkan sebagai tes obyektif, tapi sejatinya malah sebaliknya. Soal pilihan ganda memberi kesempatan pada siswa menjawab "asal" tapi berharap dapat pilihan jawaban yang benar. Usaha semacam itu kerap membatasi siswa berani mengutarakan pendapat, menghalangi imajinasi dan cenderung merendahkan kapasitas intelektual anak.

Tapi tidak mudah mengubah paradigma seperti itu. Anggapan soal bentuk isian lebih susah ketimbang pilihan ganda terlanjur melekat di kepala peserta didik. Tapi ternyata tidak terlalu pelik, saya buat narasi untuk bernegosiasi dengan siswa agar memahami tujuan dari ujian tanpa pilihan jawaban yang sudah disediakan. Biasanya, struktur soal PAS adalah Kepala PAS (seperti kepala surat), lalu petunjuk menjawab, langsung disusul soal.

Sebelum siswa membaca soal saya sajikan narasi seperti di bawah ini agar anak mengerti apa maksud dan tujuan saya meniadakan soal bentuk pilihan ganda.

"Hai temen-temen kelas 9...
Sobat matematika di kelasnya pak Guru Dhofier,

Ya, kalian adalah sahabat ku, si matematika. Setiap hari bukankah kalian diskusi dengan ku, si matematika? Saat kalian mempersiapkan diri berangkat ke sekolah, bukankah kalian telah berhitung harus melangkah pukul berapa agar tiba tepat waktu.

Kala menikmati sarapan pagi, bukankah kalian telah meneliti, harus makan apa, supaya di sekolah tetap bugar, tidak gampang lelah apalagi ngantuk. Ya, itu lah cara berpikir matematika. Kita telah lama bersahabat, maka tolong, jangan jauhi aku, si matematika ini. Apalagi setiap disebut namaku, kalian terkesan takut.

Percayalah, aku ini sahabatmu. Si matematika yang setiap hari menemani jalan pikir mu dalam serangkaian pelangi dunia remaja yang memelukmu.

Sobat matematika, di depan mu adalah aku. Satu bagian wajah ku yang kerap dianggap menakutkan. Ya, soal ini, yang ingin juga menyapamu dalam kegiatan Penilaian Akhir Semester Ganjil. Janganlah takut, aku tidak sedang menguji mu. Juga tidak lagi mengerjai kamu. Aku hanya ingin berdiskusi dengan mu.

Guru mu, yang mengenalkan aku pada mu, pak Dhofier itu, juga menyambut baik maksud ku. Makanya, kali ini kalian tidak disediakan pilihan jawaban seperti biasanya, setelah yakin lalu baru memilih A, B, C, atau D. Tahu kenapa?

Pertama, saat ini pak Guru Dhofier bukan hanya akan menilai jawaban yang diyakini benar, tapi ingin lebih menghargai apa yang akan kamu suarakan dalam tulisan langkah-langkah mu berdiskusi dengan ku, soal ini, si matematika ini. Percayalah, coretan demi coretan yabg logis akan tetap dihargai dan dinilai sebagai usaha untuk menghargai ku, sahabat setia mu, si matematika.

Kedua, pilihan ganda seringkali memberi kesempatan pada kalian untuk memilih jawaban yang "asal" dan tidak yakin, tapi kamu berharap dapat pilihan yang benar. Usaha semacam itu bukankah tak jarang membungkam imajinasi mu, menyurutkan niat mu untuk berpendapat dan meredupkan keberanian mu. Maka, kali ini bebaskanlah imajinasi mu, suarakan kebenaran pendapat mu, dan nyalakan keberanian mu.

Mari mulai berdiskusi dengan ku, si matematika ini, wahai sobat ku...."